Didaerah Ciang Ing ada seseorang bernama Cang Wei Phing, dia sangat berbakat & berpendidikan tinggi serta terkenal. Pada suatu hari dia mengikuti ujian, tetapi aneh hasil ujian akhir jatuh kepada sun san, bukan pada dirinya sehingga hal ini membuat dia naik darah dan memarahi pejabat – pejabat yang pada saat itu mengetes ujian mereka,mengatkan “ kalian memandang enteng saya “ . pada saat itu ada kebetulan ada seorang pembina diri berada disamping itu & melihat kejadian itu, saat itu juga pembina diri ini langsung tertawa dengan serunya ( Hahaha……………. ).
Mendengar tertawa itu, Cang Wei Phing merasa kesal dan bertanya “ apa yang kamu tertawakan!!!”. Lalu pembina diri ini berkata : “ Siang Kong!!! Karangan kamu pasti tidak bagus ” . mendengar hal ini, Cang Wei Phing tambah marah, ” Kamukan tidak melihat ataupun membaca karangan saya, jadi kamu mana tau karangan saya bagus apa tidak. Pembina diri menjawab : ” Kalau kita sebagai pengarang, maka yang diutamakan hati harus tenang dan tidak ada emosi, tetapi kamu begitu buka mulut langsung saja marah, hati begitu tidak tenang dan emosi nampak dengan jelas sekali, dengan demikian mana mungkin kamu bisa mengarang/ menulis Syair yang bagus. ” mendengar kata – kata ini, Cang Wei phing berpikir benar juga apa yang dikatakan pembina diri ini, maka dia merasa sangat malu, kemudian dia pun berbalik memohon kepada pembina diri ini untuk memberinya petunjuk.
Kemudian pembina diri ini mengatakan ” Ujianpun bisa bergantung pada nasib, kalau nasib tidak ada/ belum ada maka tidak akan dapat, bahkan menghabiskan waktu yang banyak untuk mengikuti ujian pun tidak akan berhasil. Maka yang harus dilakukan adalah merobah diri kita sendiri terlebih dahulu.
Kemudian Cang Wei Phing bertanya lagi, ” Kalau itu dikatakan nasib, maka harus bagaimana untuk merobahnya”. Pembina diri menjelaskan ” Nasib itu tergantung pada Tuhan tetapi mau merobah nasib/ menegakkan nasib tergantung pada diri kita sendiri, kalau kita sudah bisa menegakkan nasib ini maka akan bisa berobah. yang harus dilakukan adalah menjalankan/melaksanakan kebaikkan & kebajikkan yaitu memupuk & mengumpulkan budi pekerti, dengan demikian segala rezeki apapun kita bisa memohon.
Mendengar hal ini Cang Wei Phing berkata ” Saya orang miskin, Bagaimana saya bisa berbuat baik dan mengumpulkan budi pekerti ” maka pembina diri ini mengatakan lagi : ” berbuat baik dan budi pekerti ini semua berasal dari dalam hati, setiap saat mempunyai hati baik terhadap orang lain maupun terhadap masalah orang lain itu juga dikatakan jasa pahala yang tak terhingga, misalnya membina diri dengan rendah hati, berlapang dada dengan demikian inipun tidak memakai uang, setiap hari dia selalu berbuat baik dan mengumpulakan jasa pahala.
Pada suatu hari dia bermimpi dia berjalan kesebuah gedung yang tinggi dan menemukan sebuah buku catatan untuk ujian. Di dalam buku tersebut terdapat banyak nama-nama yang terhapus sehingga meninggalkan lembaran kosong dan saat itu ada seseorang disampingnya lalu dia bertanya kepada orang tersebut ” Ini buku apa? ” dan orang itu menjawab ” Ini adalah buku daftar nama-nama orang yang ikut ujian ditahun ini ” kemudian Cang Wei Phing kembali bertanya ” Kalau demikian kenapa di dalam buku ini ada nama-nama orang yang dicoret? ” dan kemudian orang itu menjawab ” Ini dikarenakan buku ini dalam setiap 3 tahun sekali akan dirobah kembali. ”
Nama orang yang tertinggal dalam buku catatan ini adalah orang-orang yang selalu berbuat baik, mempunyai jasa pahala dan tidak pernah berbuat jahat oleh karena itu namanya masih tetap tercantum sedangkan yang kosong ini adalah karena dia telah berbuat jahat tidak pernah berbuat baik maka dengan demikain namanya terhapus dari daftar ini. Kamu karena dalam 3 tahun ini selalu berhati-hati dan baik-baik dalam bina diri maka ada kemungkinan nama kamu bisa tercantumkan didala lembar yang kosong tersebut maka kamu harus bisa menjaga kesempatan ini dengan baik.
Tidak lama kemudian Cang Wei Phing benar-benar mendapatkan nomor urut ujian yang ke 105.
Dilihat dari ini maka pepatah mengatakan :
” Sebagai manusia jangan berbuat yang tidak sesuai dengan hati nurani, karena 3 kepalan diatas kepala ada Dewa ”
Yakin dan percayalah akan hal ini maka kita akan selamat. Kita hidup di dunai ini ada yang baik dan juga ada yang jahat. Bencana dan Rezeki bagaimana kita mengelaknya? Semua tergantung pada niat kita, Kalau manusia selalu bisa menjaga 1 niat baik ini maka dalam melakukan sesuatu tidak akan membelakangi kehendak langit. Dengan rendah hati dan sungguh-sungguh membina diri maka Yang Maha Kuasa akan senantiasa menjaga dan melindungi kita.