GUNUNGKIDUL - Tidak ada yang tak sempurna makhluk ciptaan Tuhan, meskipun terkadang menurut pandangan manusia ada kekurangan atau cacat. Namun, dibalik itu ada rahasia yang lebih bagus yaitu semangat untuk berkarya demi keluarga dan masyarakat.
Sugiyem, 27 tahun, warga RT 07 RW 04 Pundungsari, Semin, Gunungkidul, ini terlahir cacat dengan kondisi tangan dan kaki kurang sempurna, namun semangat untuk terus berkarya dan mendidik anak tak ada hentinya. Akibat cacatnya ini, Sugiyem sempat ditolak tiga kali untuk belajar di sekolah formal karena alasan kesulitan dalam menulis.
Namun karena kegigihannya akhirnya dia diterima di sekolah dan masuk kelas dua. Setelah lulus sekolah, Sugiyem ikut berbagai kursus, di antaranya kursus menjahit. Dengan keahliannya, dia sempat bekerja di konveksi dan merantau ke Jakarta. Namun karena kondisi, akhirnya kembali ke kampung halamannya.
Di kampung halamannya, dia aktif kegiatan bersama mereka yang memiliki kondisi sama dan akhirnya dari kegiatan itu dia menemukan pasangan hidupnya, Jubadi, 29 tahun. Dari pernikahannya lahir gadis cantik usia 20 bulan, sehat dan normal.
“Saya tidak malu atau minder (karena kondisi cacat), karena sudah takdir Allah ya saya jalani saja,” ungkap Sugiyem. Meskipun kondisinya seperti ini, saya masih bisa melakukan kegiatan yang bagi orang lain belum tentu bisa.
Sementara itu, suami Sugiyem, Jubadi, awalnya merasa sedikit malu punya istri cacat namun karena melihat kegigihan dan mampu melakukan pekerjaan seperti manusia normal rasa malu pun hilang dan bersemangat untuk menjaganya. Bahkan pekerjaannya di Jakarta pun harus ditinggalkan demi menjaga istri dan anaknya.
Harapan dari keluarga Sugiyem dan Jubadi adalah bisa menyekolahkan anaknya hingga tinggi dan mampu menjadi yang lebih baik dari orang tuanya, ingin mengembangkan lagi usaha warung kecilnya, bahkan suaminya juga jika ada modal ingin jualan keliling.
Cuplikan kehidupan Sugiyem di atas adalah salah satu cerita dalam program TEKAD yang disiarkan oleh JogjaTV bekerjasama dengan Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU Yogyakarta dan didukung oleh Baperohis PT Pos Indonesia Yogyakarta, pada Jumat (4/3/2011) pukul 19.30 WIB.
Program ini menggambarkan betapa semangat atau tekad yang kuat dari seseorang dengan segala keterbatasan mampu memberi manfaat bagi keluarga atau masyarakat sekitarnya. Selain itu, program ini diharapkan menginspirasi banyak orang untuk tidak putus asa dalam menghadapi masalah.