Mulai tanggal 1 bulan 7 sampai dengan tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek, tahun Masehi jatuh pada tanggal 31 Juli 2011 sampai dengan 14 Agustus 2011, selama 15 hari, oleh sebagian besar etnis Tionghoa di yang menganut Taoisme, Budha , KongHuCu dan lain-lain akan melaksanakan ziarah makam , yang bagi umat Taoisme disebut Festival Cung Yuan dan bagi umat Budhis dinamakan Yi Lan Phun Fui (Shi Ku).
Dalam dialek Tio Ciu disebut sembahyang Tong Nguan / Chit Guek Pua (pertengahan bulan tujuh).
mandarin: δΈζε Qi Yue Ban
Hari tradisi sembahyang budaya Tionghoa ini, yang asal-usulnya pernah kami paparkan beberapa kali melalui media, berdasarkan kutipan dari buku ensiklopedi Dictionary of Chinese Manners and Custom yang berbahasa Mandarin. Untuk kali ini kami coba ceritakan menurut versi legenda yang kami kutip dari buku: Shi Yew Chi (Perjalanan ke Barat) yang ditulis oleh penulis legendaris Mr. Wu Chen Eng, Hong Kong (1510-1582) dari Bab 10 yang sebagian soal sembahyang kuburan: Yi Lan Phun Fui (Shi Ku dalam dialek Hakka , Shi Kow dalam Dialek Tio Ciu ) menceriterakan sebagai berikut:
Pada masa Dinasti Tang (610-907), suatu malam, Kaisar Lie Shi Min dalam perjalanan ke alam barzah (tertidur & bermimpi) sampai ke gerbang pertama akhirat, bertemu dengan Nyam Lo Bong , Kaisar di Alam Barzah. Sang Kaisar dibawa berkeliling ke tempat penampungan sementara roh-roh dari orang yang telah meninggal dahulu (mungkin semacam tempat roh-roh di api pencucian bagi penganut Agama Katolik). Di sana beliau bertemu dengan arwah-arwah : ayahnya Lie Yen, abangnya Lie Chian Shen, adiknya Lie Yew Chik dan pejabat-pejabat baik sipil maupun militer yang telah gugur terlebih dahulu, demi mempertahankan tahta Dinasti Tang yang kini masih diduduki Kaisar Lie Shi Min.
Sampai sekarang para arwah tersebut belum bisa reinkarnasi dan sedang menunggu vonis dari Nyam Lo Bong untuk hukuman apa yang akan mereka terima. Vonis ini tidak terlepas dari perbuatan mereka semasa hidup di dunia fana. Roh-roh ini sewaktu ketemu Kaisar Lie Shi Min, semuanya menuntut bantuan serta meminta belas kasihan, sehingga beliau kebingungan. Kaisar Lie berdoa serta meminta pertunjuk dari Yang Maha Kuasa. Akhirnya Kaisar Lie mendapat ilham dan bisa mendapat jalan keluar dengan meminjam uang dari Toa Pek Kong. Uang ini adalah simpanan/tabungan dari sepasang suami-istri bernama Siang Lian sekarang masih hidup di kota Khoi Fung (Kota dimana Hakim Pao Kung / Hakim bersih legendaris yang sampai sekarang tetap dikenang dengan sebutan Judge Bao). Pasangan suami Siang Lian ini hidup saleh tanpa ada turunan. Pada tiap-tiap bulan tanggal 1 dan 15 Imlek, mereka pergi ke kelenteng Toa Pek Kong sembahyang dan membakar uang kertas (Kim Ci). Uang inilah semacam deposito tersimpan di Toa Pek Kong (tradisi ini sampai sekarang masih dilakukan penganut Taoisme dan Konghucu) dan dipinjam Kaisar Lie dengan perjanjian akan bayar kembali kepada bapak Siang Lian, setelah kembali dari perjalanan di alam barzah. Pinjaman ini segera dibagikan oleh Kaisar Lie kepada famili, teman-teman, pejabat-pejabat baik sipil maupun militer yang telah gugur demi kejayaan Dinasti Tang. Juga dibagikan kepada roh-roh yang terlantar, karena mati penasaran, seperti kecelakaan, perang, bencana alam dan lain-lain yang berkeliaran di mana-mana dengan perasaan tidak menentu. Pada kesempatan 15 hari raya setahun sekali ini, mereka diberikan izin keluar dari alam barzah pergi mencari bantuan dan balas kasihan di dunia fana yang amat diperlukan untuk menebus/ meringankan hukuman yang akan dijatuhkan oleh Nyam Lo Bong.
Begitu Kaisar Lie Shi Min terbangun dari alam mimpi, segera dia perintahkan penasehatnya untuk melaksanakan 3 pesanan dari alam barzah tersebut .
Pertama: antar Pei Kua (labu utara) kepada Nyam Lo Bong sebagai tanda terima kasih atas penyambutan yang ramah.
Kedua : membayar kembali pinjaman uang kepada Bapak Siang Lian yang bertempat tinggal di Kota Khoi Fung; dan,
Ketiga : membentuk panitia melaksanakan sembahyang di muka halaman Toa Pek Kong pada tanggal 15 bulan 7 Imlek dengan menpersiapkan sesaji-sesaji yang merupakan sandang yang terbuat dari kertas/daun, ditambah dengan makanan berupa nasi, kue kue basah dll. serta buah-buahan seperti nenas, keladi , bengkuang, ubi jalar dll. yang ada di dunia, yang dinamakan Yi Lan Phun Fui (Shi Ku= memberi pada roh-roh yang terlantar).
Hal inilah yang dilakukan sampai sekarang setiap tahun tanggal 15 bulan 7 Imlek oleh Yayasan-yayasan dan ditambah dengan pembakaran Kapal Wang Kang /kapal Kekaisaran (ini hanya ada di sini/NanYang sebagai sarana arwah terlantar untuk pulang) disertakan perebutan bahan bahan sesaji pada sore hari itu juga dan sebagai tanda berakhirnya sembahyang kuburan 15 hari bulan 7 Imlek ini , (Chiong shi ku = Perebutan semua sesaji-sesaji juga sebagai tanda untuk pembubaran acara secara halus).
Demikianlah, sembahyang kuburan pertengahan bulan tujuh Imlek/ Yi Lan Phun Fui/ Cung Yuan menurut cerita versi legenda yang kami kutip secara garis besar. Semoga dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi mereka yang senang dengan kebudayaan.
